Tuesday, May 17, 2016

Dikhianati_Mengkhianati (Sebuah Refleksi)


Akhirnya kami bertemu,
setelah malam sebelumnya ngobrol panjang lewat whatsApp.
‘Pripun, kok malah diam?’
Lelaki muda itu menunduk. Memainkan HP.
Aku telisik wajahnya.
Wah ganteng juga. Rambutnya hitam lebat. Kulitnya bersih.
Dan ciri unik ada di matanya. Sipit jernih.
‘Aku dikhianati, Bu..’ katanya lirih bergetar.
Mata sipit jernihnya brabak memerah.
‘Padahal aku sudah all out sayang dia lo..
Kok dia tega ya Bu…’
Aku tatap dalam wajahnya…mencoba rasai, perasaannya.
‘Sik to…kok ada istilah ‘dikhianati’ gimana ceritanya?’
‘Kami putus…dia pilih orang lain..
Yang katanya lebih mengerti.’
‘Dan engkau terima putusan itu?’
‘Iya…’ jawabnya sangat lirih.
Aku tepuk pelan punggung tangan lelaki muda ini yang mengelemprak di meja taman.
Betapa sederhana ia pahami ‘dikhianati’ itu.
………………..
Pengkhianatan dan dikhianati, …
Sungguh kata itu acap dilontarkan saat ada kekecewaan yang dalam.
Terlebih ketika sebuah relasi koyak,
persahabatan retak,
dan hati luluh lantak.
Sering pula dikhianati itu menjadikan hati sensi
Merasa jadi korban
Merasa disia-siakan
Merasa tak miliki keberadaan
Merasa tak diharga
Yang memuara pada dendam bara.
………………
Mari jujur…
Mengapa pengkhianatan menimpa?
Dalam berelasi barangkali perhormatan itu menjadi harga mati.
Kita ini kadang sok care..
Sehingga semua yang ada pada pasangan, kita harus paham.
Ruang ruang privasi kita terjang.
Bilik pribadi disinggahi tanpa peduli ….
Atas nama cinta, kita renggut semua.
Isi HP diteliti
Pertemanan diamati
Pergi mesti lapor
Dan kita seperti mandor.
………………….
Lantas muncullah friksi itu.
Saat pasangan juga butuh kesendirian
Butuh kekawanan
Butuh ruang untuk mengeksplor kemampuan
Butuh afirmasi
Butuh stimulasi
Butuh sesuatu yang menggerakkan, menggairahkan, menghebatkan.
Dan ia menemukan orang lain sebagai labuhan.
Lantas…
Siapa dikhianati?
Siapa mengkhianati?
…………………
Kembali aku menatap lelaki muda di depanku.
‘Engkau marah, Mas?’
Ia mengangguk.
‘Kecewa, sakit hati, dendam?’
Suasana hening…perlahan kepalanya menggeleng.
‘Kecewa dan sakit hati Bu…
Tapi ga dendam…’
Aku tersenyum.
‘Ibu bangga, kalau engkau tak dendam..’
‘La dendam piye jal…wong nyatanya yang dipilih pacarku lebih baik kok..’
Katanya sembari unjal ambegan.
…………………..
‘Tapi sekarang aku jomblo Bu,…
Carikan pacar dong..!’
Mendengar keluhnya aku benar benar melepaskan tawa.
Betapa terbukanya anak sekarang.
Bahkan berani meminta gurunya mencarikan pacar.
‘Itu gampang. Engkau baru 17 tahun. Baru lulus. Ganteng. Pinter.
Telah punya usaha juga. Mudah bagimu mencari perempuan..’
‘Nyatanya aku diputus..’
‘Diputus agar engkau dewasa..
Cobalah sabar, selesaikan dulu gundah rasamu itu.
Untuk dapatkan perempuan baik, ya engkau harus baik dulu to..’
‘Tapi jangan kelamaan dong Bu…’
‘Lama tidaknya, tergantung cepatnya engkau menata diri dong…’
‘Kalau lama..Ibu tak pacari lo…’ katanya sembari tertawa.
‘Ok…mari kita pacaran.’ Kataku tandas.
‘Serius?’
‘Serius…’
Matanya mengerjab kerjab lucu. Ada kebingungan di sana.
‘Njuk nanti, pacarannya gimana?’
‘Ya seperti ini.
Kita ketemu di taman sekolah. Diskusi produktif.
Menghasilkan karya nyata.
Engkau kan programmer, layouter juga.
Nah ibu yang nulis buku, engkau yang kemas semuanya.’
‘Ahhh…itu sih bukan pacaran…kerja rodi namanya.
Aku ngakak.
‘Eh tapi kalau benar pacaran..
Njuk sing nraktir makan siapa?’
‘Ya ibu dong…kan ibu yang kerja.’
‘Asiiik…’
‘Tapi…10 tahun ke depan, saat engkau berhasil, harus ganti.
Engkau yang nraktir ibu…’
‘Hah…aku ajak ibu makan di resto gitu??
10 tahun ke depan ibu dah tua dong…
Aku masih muda banget.
Ga ah…malu…’
Sungguh aku makin terpingkal.
‘Nah kalau malu…artinya jangan pacari ibu, berfikir pun jangan!’
‘Iya…iya…tadi kan cuma guyon…
Makasih ya Bu…dah jadi temanku.’
‘Temen???
Enak saja. Ibu ini gurumu ya..’
‘Kan aku dah lulus, ga jadi murid ibu lagi…’
‘OK deh…teman. Tos…’
Kami tos, tertawa dan lanjutkan obrolan ringan.
Telah kulihat lagi cerianya meski belum sepenuhnya.
Aku senang menjadi guru yang dianggap kawan.
Karena kekawanan itu lebih menakjubkan.
Dan kemarin, kami sama pelajari artinya sebuah relasi.
Selamat siang para relasi…

0 comments:

Post a Comment