Sunday, May 1, 2016

Kasih yang tiada lekang


#Palentinan



Pak…
Besuk kita mungkin  menua seperti ini.
Kulit berkerut, mata merabun, dan suara mulai pelo tak jelas
 Engkau tak lagi ganteng,
Aku juga pasti tak cantik lagi.
Semua telah menjadi ‘bekas’
Tapi senyum kita akan tetap sama.
Meski hanya hati kita yang merasa.

Mendekatlah Pak, aku ingin bersandar…
Saat keberduaan kita akan panjang,
Kerena anak-anak telah meniti jalan masing masing.
Kita kembali sendiri,
Di rumah yang kita bangun oleh rasa cinta dan rekasa yang tinggi.
Tak apa….
Kita bakal  saling tuntun  ke masjid.
Runtungan ke sawah.
Bersama reresik omah.
Meski nanti kita juga pasti kerap tengkar,
Oleh karena masing masing pendengaran kita berkurang,
Yang menjadikan  kecenderungan salah paham akan sangat rentan…

Kupeluk  ya  Pak…
Saban sore nanti teh di cangkirmu kupastikan tetap hangat.
Karena aku tau, engkau tak suka dingin.
Sarung dan kokomu juga akan kujaga wanginya.
Begitu juga kupluk hitammu.
Akan terjaga kelam warnanya.
Kita memang bukan pasangan romantis
Ala Vivian dan Edward di film Pretty Women
Atau Molly dan Sam di Ghost
Bukan pula Rose dan Jack di Titanic,
Meski janne jenengku juga sudah Rose lo..
Tapi Rose yang weton ndesa.
Nah oleh weton ndesa inilah kita punya romantisme sendiri.
Romantisme sederhana dengan plus minusnya.
Namun, bukan berarti cara mencintaiku padamu  juga sederhana.
Bukan Pak…sangat bukan..
Aku tidak bisa mencitaimu ala Sapardi Djoko Damono
Yang seperti ini…
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
 kepada hujan yang menjadikannya tiada” 

Cinta kita tidak sederhana itu,
Ia lewati jalan panjang dan berliku,
Penuh onak dan tanjak.
Kadang naik membumbung, kadang pula menukik turun.
Perih pedihnya sungguh…
Itulah rabuk kita, yang hingga kini  kita olah
Supaya pada saatnya tak lagi ada ruang hati  yang gersang olehnya.

Pak….
Katanya nanti malam ada perayaan,
Perayaan yang disebut sebagai valentine day.
Hari kasih sayang.
Hari dimana kita semua umat
hendaknya saling mengasihi, menyayangi, menghormati.
Tak hanya dengan pasangan,
tapi semua kelengkapan yang menyempurnakan sebuah pasangan.
Kawan, sahabat, saudara, anak, isteri, suami, ibu, bapak, kakek, nenek.
Semua makhuk, manusia dan teman lain ciptaan-Nya.
Kita tak perlu debat halal haramnya ya Pak.
Toh semua tinggal persepsi masing masing.

Maka….
Mari  kita rayakan,
selagi masih mampu, ‘berkasih sayangan’.
Akan kusiapkan sesloki wine, dengan bakaran daging sapi pilihan.
Aku tahu, Bapak suka yang setengah matang.
Kita akan candle light-an di teras,
Meski  cahaya bulan tak menderas .
Tak apa dalam remang,
Karena hati kita begitu benderang.
Bukankankah kemarin bulan setampah itu
Telah pula aku tebang?
Kubagi rata, lalu kusematkan di dada kita.
Sungguh kitalah bulan’


Akhirnya…
Meski sekarang kita terentang jarak.
Itu bukan persoalan untuk tidak
Pejamkan mata bapak,
Bayangkan hadirku’
Kubayangkan hadirmu.
Mari saling peluk
Menggenggam erat tangan.
Jangan lepas ya Pak, jangan…
Sampai nanti kita ada di  anjungan.
Sugeng hari kasih sayang… J  J


0 comments:

Post a Comment