![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4r3bA5PvDt5WazDmAcsM2LdIA4vQq8x_9emoanIrb7xAGlZDiflm9v0KFiSXcL45GcsLRQZDq_g0PZJk8EQv9FPA-1tY0TOtLM9mdZZfiHJZgv-9cWko9f_pZJILHP-31a0T5yObFhANA/s1600/247520_156091514461216_155020191235015_330952_6850842_n.jpg)
#Pisah Ranjang...
Akhirnya itulah yang
terjadi pada kami.
Akulah yang meminta.
Empat hari lalu,
hati-hati kusampaikan pada suami.
Tidak ada respon
mengejutkan.
Dia hanya menatap
sekilas lalu menjawab tegas, ‘Ok!’
Maka mulailah babak
baru episode tidur kami.
Aku di kamar belakang
dekat ruang kerja,
Sedang suami tetap di
kamar utama.
Hari pertama sungguh
luar biasa,
aku rasakan
kegembiraan.
Tidur sendiri betapa
nikmatnya.
Ga seg-segan gabrusan
kaki, bebas dengkuran,
dan tak pula rebutan
bantal.
Aku juga tak perlu pekewuh kalau tiba-tiba pingin kentut.
Semua lepas, sak
karepe.
Aku bangun
sesuka-suka. Nglilir-ngetik, nglilir ngetik.
Jian kaya isih prawan
jaman ngrampungke skripsi mbiyen.
Hari kedua, masih
asik…sampai hari 3.
Suami pun terlihat
enjoy.
Bangun lebih pagi,
subuhan, rebus air,
dan bahkan bikin tes
panas untukku.
Hari ke 4, saat ide makin
menipis dan tenaga mulai kurang,
Ada yang aneh. Aku
gelisah. Ga lagi nglilir ngetik, nglilir ngetik.
Tapi nglilir…kelop
kelop. Sepi! Berasa ada yang mlompong.
Saat itulah, aku
sambangi kamar suami.
Pelan kubuka pintu.
Terlihat dia tidur ngglimpung peluk guling.
Aku duduk di sisi
ranjang, nyawang.
Ah lelaki yang hampir
18 tahun temani hidupku, melas men.
Rambutnya kuusap
pelan. Duh lipuran hati yang juga bapak anakku,
penopang hidup,
sekaligus tukang ojek bagi kami berdua.
Lelaki yang rela
tinggalkan kesenangan tanah kelahiran,
dan lalu gagah jadi
migran di desaku tinggal.
Aku telisik lagi
wajahnya.
Wajah yang lucu nek
nesu, yang wagu kalau merayu,
Yang pinter
sembunyikan putus asa kala aku gagal penuhi selera masakannya.
Yang sabar ketika aku
ngeyelan….
Tiba-tiba ada debar
yang membuncah di dada.
Aku ini kok nggaya,
lagi dapat order cilikan nulis saja bangga,
mengambil putusan
bahaya.
Sebelum kutinggal,
pelan kuselimuti kakinya.
Dan malam ini,
Aku dah rapi, wangi,
dan kuputuskan sementara off nulis lagi.
Bulat tekadku untuk
batalkan ‘pisah ranjang’ itu.
Tapi jangan salah
paham,
Semua bukan karena
saat ini Kamis malam.
0 comments:
Post a Comment